Pada saat CPU menganggur, maka sistem operasi harus menyeleksi proses proses yang ada di memori utama (ready queue) untuk dieksekusi dan mengalokasikan CPU untuk salah satu dari proses tersebut. Seleksi semacam ini disebut dengan shortterm scheduler (CPU scheduler). Keputusan untuk menjadwalkan CPU mengikuti empat keadaan dibawah ini :
1. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke waiting;
2. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke ready;
3. Apabila proses berpindah dari keadaan waiting ke ready;
4. Apabila proses berhenti.
1. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke waiting;
2. Apabila proses berpindah dari keadaan running ke ready;
3. Apabila proses berpindah dari keadaan waiting ke ready;
4. Apabila proses berhenti.
Apabila model penjadwalan yang dipilih menggunakan keadaan 1 dan 4, maka penjadwakan semacam ini disebut non-peemptive. Sebaliknya, apabila yang digunakan adalah keadaan 2 dan 3, maka disebut dengan preemptive. Pada non-preemptive, jika suatu proses sedang menggunakan CPU, maka proses tersebut akan tetap membawa CPU sampai proses tersebut melepaskannya (berhenti atau dalam keadaan waiting). Preemptive scheduling memiliki kelemahan, yaitu biaya yang dibutuhkan sangat tinggi. Antara lain, harus selalu dilakukan perbaikan data. hal ini terjadi jika suatu proses ditinggalkan dan akan segera dikerjakan proses yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar